Minggu, 12 Februari 2012

AIDS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Virus AIDS ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain juga bisa ditemukan (seperti misalnya cairan ASI) tetapi jumlahnya sangat sedikit.

Sejumlah 75-85% penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik), 3-5% melalui transfusi darah yang tercemar.
Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (14-49 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat.

Infeksi pada bayi dan anak, 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. Sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV, melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, selama proses persalinan dan melalui pemberian ASI. Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, risiko penularan dapat dikurangi menjadi hanya 8%.
Pada awalnya dimulai dengan penularan pada kelompok homoseksual (gay). Karena diantara kelompok homoseksual juga ada yang biseksual, maka infeksi melebar ke kelompok heteroseksual yang sering berganti-ganti pasangan.
Pada tahap kedua, infeksi mulai meluas pada kelompok pelacur dan pelanggannya.
Pada tahap ketiga, berkembang penularan pada istri dari pelanggan pelacur.
Pada tahap keempat, mulai meningkat penularan pada bayi dan anak dari ibu yang mengidap HIV.


1.1  Tujuan
1. tujuan umum
      Untuk mengetahui dan mendapatkan  gambaran mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan AQUIRED IMMUNO DEFISIENSI SINDROM (AIDS).
            2. TUJUAN KHUSUS
a)      Agar dapat memahami  pengertian dari penyakit AIDS.
b)      Agar dapat mengetahuI  penyebab dari penyakit AIDS.
c)      Agar dapat memberikan keperawatan terhadap pasien dari penyakit AIDS.
d)      Agar dapat membuat diagnosa keperawatan,intervensi,implementasi dan evaluasi dengan pasien AIDS



BAB II
TINJAUAN TEORITIS


2.1  Pengertian
AIDS
HIV adalah virus yang mengakibatkan AIDS. AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan Tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderiat aids sering kali menderita keganasan, khususnya sarkoma kaposi dan limfoma yang hanya menyerang otak.
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )

2.2 Etiologi Dan Faktor Resiko
HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS mempunyai lima fase:
1)      Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2)      Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1 sampai 2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3)      Infeksi asimtomatik. Lamanya 1 sampai 15 atau lebih tahun dengan gejala gejala tidak ada.
4)      Supresi imun sistomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala deman, keringat malam hari, berat badan menurun,diare,lemah,rash,limfadenopati,lesi mulut.
5)      AIDS. Lamanya bervarisi antara 1 sampai 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.

Faktor resiko :
1.       Pria dgn homoseksual
2.       Pria dgn biseksual
3.       Pengguna IV drug
4.       Transfuse darah
5.       Pasangan heteroseksual dgn pasien infeksi HIV
6.       Anak yang lahir dgn ibu yang terinfeksi

2.3 Patofisiologis
Menginfeksi limfosit T4 dan monosit. Partikel-2 HIV bebas yang dilepas dari sel yang terinfeksi dpt berikatan dgn sel lain yang tidak terinfeksi.
Segera setalah masuk kedlm sel, enzim dalam kompleks nukleoprotein menjadi aktif dan dimulailah siklus reproduksi.
Limfosit T, monosit/makrofag adalah sel pertama yang terinfeksi.
Besar kemungkinan bahwa sel dendritik berperan dalam penyebabaran HIV dalam jaringan limfoid.fungsi sel dendritik menangkap antigen dalam epitel lalu masuk melalui kontak antar sel. Dalam beberapa hari jumlah virus dalam kelenjer berlimpat ganda dan mengakibatkan virena. Pada saat itu julah virs dalam darah infeksi akut.
Viremia menyebabkan virus menyebar diseluruh tubuh dan menginfeksi sel T, monosit maupun makrofag dlm jaringan limfoid perifer.
Sistem immun spesifik akan berupaya mengendalikan infeksi    yang nampak dari menurunnya kadar viremia.
Setelah infeksi akut, berlangsung fase kedua dimana kelenjar getah bening dan limfa merupakan tempat replikasi virus dan dekstruksi jaringan secara terus menerus ® fase laten.
Destruksi sel T dlm jaringan limfoid terus berlangsung sehingga jumlah sel T makin lama makin menurun (jml sel T dlm jaringan limfoid 90 % dari jml sel T diseluruh tubuh)
Selama masa kronik progresif,m respon imun thdp infeksi lain akan meransang produksi HIV  dan mempercepat dekstruksi sel T, selanjutnya penyakit bertambah progresif dan mencapai fase letal yang disebut AIDS.
1)       Viremis meningkat drastis karena karena replikasi virus di bagian lain dalam tubuh meningkat ® pasien menderita infeksi oportunistik, cacheksia, keganasan dan degenerasi susunan saraf pusat.
2)       Kehilangan limfosit Th menyebabkan pasien peka thdp berbagai jenis infeksi dan menunjukkan respon immune yang inefektif thdp virud onkogenik.
 Masa inkubasi diperkirakan bervariasi → 2 – 5 tahun




2.4 Manifestasi Klinik
1)      Manifestasi klinis AIDS menyebar luas dan pada dasarnya mengenai setiap sistem organ.
2)      Pneumonia disebabkan o/ protozoa pneumocystis carini (paling sering ditemukan pd AIDS) sangat jarang mempengaruhi org sehat. Gejala: sesak nafas, batuk-batuk, nyeri dada, demam – tdk teratasi dapat gagal nafas (hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan status mental).
3)      Gagal nafas dpt terjadi 2 – 3 hari
4)      Tbc
5)      Nafsu makan menurun, mual, muntah.Diare merupakan masalah pd klien AIDS → 50% – 90%
6)      Kandidiasis oral – infeksi jamur
7)      Bercak putih dalam rongga mulut → tdk diobati dpt ke esophagus dan lambung.
8)      Wasthing syndrome → penurunan BB/ kaheksia (malnutrisi akibat penyakit kronis, diare, anoreksia, amlabsorbsi gastrointestinal)
9)      Kanker : klien AIDS insiden lebih tinggi → mungkin adanya stimulasi HIV thdp sel-2 kanker yang sedang tumbuh atau berkaitan dng defesiensi kekebalan →  mengubah sel yang rentang menjadi sel maligna.
10)  Sarcoma kaposis → kelainan maligna berhubungan dgn HIV (paling sering ditemukan) → penyakit yang melibatkan endotel pembuluh darah  dan linfe. Secara khas ditemukan sebagai lesi pd kulit sebagian tungkai terutama pada pria. Ini berjalan lambat dan sudah diobati. Lokasi dan ukuran lesi dpt menyebabkan statis aliran  vena, limfedema serta rasa nyeri. Lesi ulserasi akan merusak intergritas kulit dan meningkatkan ketidak nyamanan serta kerentanan thdp infeksi.
11)  Diperkirakan 80 % klien AIDS mengalami kalianan neurologis → gangguan pd saraf pusat, perifer dan otonom. Respon umum pada sistem saraf pusat mencakup inflamasi, atropi, demielinisasi, degenerasi dan nekrosis.
12)  Herpes zoster → pembentukan vesikel yang nyeri pada kulit.
13)  Dermatitis seboroik→ruam yang difus, bersisik yang mengenai kulit kepala dan wajah.
14)  Pada wanita: kandidiasis vagina → dapat merupakan tanda pertama yang menunjukkan HIV pad a wanita.

2.5 Komplikasi
Berikut komplikasi klien dengan AIDS:
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1.Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
2.Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
3.Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
4.Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1.Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
2.Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
3.Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
1.   Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2.   Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
2.6 Penatalaksanaan Medis
1)       Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi HIV perlu dilakukan. Pencegahan berarti tdk kontak dgn cairan tubuh yang tercemar HIV.
2)       Pengobatan pd infeksi umum
3)       Penatalaksanaan diare
4)       Penatalaksanaan nutrisi yang adekuat
5)       Penanganan keganasan
6)       Terapi antiretrovirus
7)       Terapi alternative : terapi spiritual, terapi nutrisi, terapi obat tradisional, terapi tenaga fisik dan akupungtur, yoga, terapi massage, terapi sentuhan.

2.7 Manajemen Diet
a.    Menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
b.   Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).



BAB lll
ASUHAN KEPERAWATAN AIDS

3.1  Pengkajian
  1. Aktifitas /istirahat :
·         Mudah lelah, berkurangnya tolerangsi terhdp aktifitas, kelelahan yang progresif
·         Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhdp aktifitas
2.   Sirkulasi
·         Proses penyembuhan lika yang lambat, perdarahan lama bila cedera
·         takikardia, perubahan tekanan darah postural, volume nadi periver menurun, pengisian kapiler memanjang
3.   Integritas ego
·         Faktor stress yang berhubungan dgn kehilangan: dukungan keluarga, hubungan dgn org lain, pengahsilan dan gaya hidup tertentu
·         Menguatirkan penampilan: alopesia, lesi , cacat, menurunnya berat badan
·         Merasa tdk berdaya, putus asa, rsa bersalah, kehilangan control diri, dan depresi
·         Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis, kontak mata kurang
4.   Eliminasi.
·         Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih
·         Faeces encer disertai mucus atau darah
·         Nyerio tekan abdominal, lesi pada rectal, perubahan dlm jumlah warna urin.
5.   Makanan/cairan :
·         Tidak ada nafsu makan, mual, muntah
·         Penurunan BB yang cepat
·         Bising usus yang hiperaktif
·         Turgor kulit jelek, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan warna mucosa mulut
·         Adanya gigi yang tanggal. Edema


6.  Hygiene
·         Tidak dapat menyelesaikan ADL, memepeliahtkan penampilan yang tdk rapi.
7.  Neurosensorik
·         Pusing,sakit kepala.
·         Perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan sensasi
·         Kelemahan  otot, tremor, penurunan visus.
·         Bebal,kesemutan pada ekstrimitas.
·         Gayaberjalan ataksia.
8.  Nyeri/kenyamanan
·         Nyeri umum/local, sakit, rasaterbakar pada kaki.
·         Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
·         Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan ROM, pincang.
9.  Pernapasan
·         Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/non,
sesak pada dada, takipnou, bunyi napas tambahan, sputum kuning.
10.  Keamanan
·         Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, lauka lambat proses penyembuhan
·         Demam berulang
11. Seksualitas
·         Riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan kondom yang tdk konsisten, lesi pd genitalia, keputihan.
12. Interaksi social
·         Isolasi, kesepian,, perubahan interaksi keluarga, aktifitas yang tdk terorganisir
3.2 Diagnosa Keperawatan
  1. Infeksi, risiko tinggi terhadap ( progresi menjadi sepsis / awitan infeksi  oportunistik )
  2. Kekurangan volume cairan, risiko tinggi  terhadap dearea berat, berkeringat, muntah, status hipermetabolism, demam.
  3. Pola napas, tidak efektif/ perubahan pertukaran gas, kerusakan, risiko tinggi terhadap ketidakseimbangan muskuler ( melemahnya otot- otot pernafasan, penurunan energi/ kepenatan, penurunan ekspansi paru ).
  4. Cedera, risiko tinggi terhadap, perubahan faktor pembekuan
  5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan atau perubahan pada kemampuan untuk mencerna, mengunyah.
  6. Nyeri, ( akut)/kronis berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan : infeksi, lesi kutaneus internal/ eksternal, ekskoriasi rektal, penularan, dan nekrosis.
  7. Integritas kulit dapat dihubungkan dengan defisit imunologis, AIDS dihubungkan dengan radang, infeksi virus, bakteri dan jamur.
  8. Membran mukosa oral dapat dihubungkan dengan defisit imunologis dan timbulnya lesi penyebab patogen.


III.Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Infeksi, risiko tinggi terhadap ( progresi menjadi sepsis infeksi oportunistik)
Mengidentifikasi/ ikut serta dalam perilaku yang menguragi resiko infeksi.
Mencapai masa penyembuhan luka/ lesi.
1.    Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan
2.    Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik
3.    Pantau tanda- tanda vital.




4.    Kaji frekuensi pernafasan, perhatukan batuk spasmodik kering pada inspirasi dalam.
1.     Mengurangi risiko kontaminasi silang.


2.     Mengurangi patogen pada sistem imun.

3.     Meningkatkan kerjasama dengan cara hidup dan berusaha mengurangi rasa terisolasi.
4.     Memberikan informasi data dasar.
Pola napas tidak efektif/  perubahan pertukaran gas kerusakan, risiko tinggi terhadap ketidakseimbangan muskuler( melemahny otot- otot pernapasan.
Mempertahan pola pernpasan efektif. Tidak mengalami sesak napas/ sianosis, dengan bunyi napas dan sinar x bagian dada yang bersih.
1.    Auskultasi bunyi napas
2.    Catat kecepatan/ kedalaman pernapasan.
3.    Tinggikan kepala ditempat tidur, usahakan pasien untuk berbalik, batuk, menarik napas
1.    Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi/ infeksi.
2.    Takipnea, sianosis, tak dapat beristirahat, dan peningkatan napas menunjukkan kesulitan pernapasan.
3.    Meningkatkan fungsi pernapasan yang optimal.
Cidera risiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan berhubungan dengan penurunan absorbsi vitamin K, perubahan pada fungsi hepar, munculnya antibodi antiplatelet autoimun
Menunjukkan homeostasis yang ditunjukkan dengan tidak adanya perdarahan mukosa dan bebas dari ekimosis.
1.    Lakukan pemeriksaan darah pada cairan tubuh untuk mengetahui adanya darah pada urine, feses, dan cairan muntah.

2.    Amati/ laporkan apitaksis, hemoptisis, hematuria, perdarahan vaginal non-menstruasi.


3.    Pantau perubahan tanda- tanda vital dan warna kulit, mis: tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, pucat kulit dan perubahan warna.
4.    Hindari injeksi IM, pengukuran suhu rektal/ supositoria, selang rektal.
1.     Mempercepatkan deteksi adanya perdarahan/ penentual awal dari terapi mungkin dapat mencegah perdarahan kritis.
2.     Perdarahan spontan mengindikasikan perkembangan KID atau trombositopenia imun.
3.     Timbulnya perdarahan atau hemoragi dapat menunjukkan kegagalan sirkulasi/ syok.
4.     Perubahan dapat menunjukkan adanya perdarahan otak.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh dapat dihubungakan dengan ketidakmampuan atau perubahan pada kemampuan untuk mencerna, mengunyah dan nutrisi metabolisme mual, refleks gangguan hiperaktif.
Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan yang di inginkan.
Mendemonstrasikan keseimbangannitrogen positif.
1.    Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan, dan menelan.





2.    Auskultasi bising usus.



3.    Timbang berat badan sesuai kebutuhan.

4.    Hilangkan rangsang lingkungan yang berbahaya atau kondisi yang memperburuk refleksi gangguan.
1.     Lesi mulut, tenggorok dan esofagus dapat menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan.
2.     Hipermotilitas saluran intestinal umum terjadi dan dihubungkan dengan muntah dan diare yang dapat mempengaruhi pilihan diet atau cara makan.
3.     Indikator kebutuhan nutrisi yang adekuat.
4.     Mengurangi stimulus pusat muntah di medula.
Nyeri, (akut) atau kronis dapat dihubungkan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan infeksi, lesi kutaneus internal atau eksternal.
Keluhan hilangnya atau terkontrolnya rasa sakit
Menunjukkan posisi atau ekspresi wajah rileks
Dapat beristirahat adekuat.
1.    Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, frekuensi, dan waktu.
2.    Dorong pengungkapan perasaan.
3.    Berikan aktivitas hiburan
4.    Lakukan tindakan paliatif.


5.    Berikan kompres hangat / lembab pada sisi injeksi pentamidin/IV selama 20 menit setelah pemberian.
1.    Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi.


2.    Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut.
3.    Memfokukan kembali perhatian.
4.    Meningkatkan relaksasi atau menurunkan tegangan otot.
5.    Injeksi ini diketahui sebagai penyebab rasa sakit.
Integritas kulit, kerusakan aktual risiko tinggi terhadap defisit imunologis, AIDS dihubungkan dengan radang, infeksi virus, bakteri, dan jamur.
Menunjukkan tingkah laku/ teknik untuk mencegah kerusakan kulit dan meningkatkan kesembuhan.
1.    Kaji kulit setiap hari, catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi.




2.    Pertahankan dalam higiene kulit.



3.    Secara teratur ubah posisi, ganti seprai sesuai kebutuhan.


4.    Pertahankan seprai bersih, kering dan tidak berkerut.

1.    Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.
2.    Mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi.
3.    Mengurangi stres pada titik tekanan, meningkatkan aliran darah ke jaringan.
4.    Friksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi.
5.    Menurunkan tekanan pada kulit dri istirahat lama di tempat tidur.
Membran mukosa oral, perubahan berhubungan dengan defisit imunologis dan timbulnya lesi penyebab patogen.
Menunjukkan membran mukosa utuh, berwarna merah jambu, basah, dan bebas dari inflamasi.
1.    Kaji membran mukosa / catat seluruh lesi oral.




2.    Berikan perawatan oral setiap hari dan setelah makan.



3.    Cuci lesi mukosa oral dengan menggunakan hidrogen peroksida/salin atau larutan soda kue.
4.    Anjurkan permen karet atau permen yang tidak mengandung gula.

5.    Rencanakan diet untuk menghindari garam, pedas, gesekan, dan makanan/ minuman yang asam.

1.     Edema, lesi, membran mukosa oral dan tenggorok kering menyebabkan rasa sakit dan sulit mengunyah.
2.     Mengurangi rasa tidak nyaman.




3.     Mengurangi penyebaran lesi dan krustasi.




4.     Merangsang saliva untuk menetralkan asam dan melindungi membran mukosa.
5.     Makanan yang pedas  akan membuka lesi yang telah disembuhkan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
          Berdasarkan pembahasan dalam bab “ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME” maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1.    HIV adalah virus yang mengakibatkan AIDS. AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan Tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV.
2.      AIDS. Lamanya bervarisi antara 1 sampai 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
3.      Faktor risiko meliputi, Pria dgn homoseksual, pria dengan biseksual, pengguna IV drug, tranfusi darah, pasangan heteroseksual dengan pasangan infeksi HIV, anak yang lahir dengan ibu terinfeksi.

4.2.    Saran

     Bagi yang sudah terkena tanda dan gejala diatas segeralah diperiksakan pada dokter atau tempat pelayanan terdekat supaya segera dapat diatasi.






DAFTAR PUSTAKA

Bruner, Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC. 2002
Doenges, M. E. Marilyn Frances Moorhouse & Alice C. Geissler. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Sarwono, Sarlito Wirawan. ?Aspek Psikososial AIDS? diambil pada 10 Maret 2008 dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12_AspekPsikososialAids.pdf/12_AspekPsikososialAids.html
Sudoyo, Aru W.(2006) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Susiloningsih, Agus. ?AIDS: Aspek Klinis, Permasalahan dan Harapan? diambil pada 20 Februari 2008 dari http://fkuii.org/tiki-index.php?page=halaman2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar