BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Virus AIDS
ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah,
cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain juga bisa ditemukan
(seperti misalnya cairan ASI) tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Sejumlah 75-85%
penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan
homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai
narkotika suntik), 3-5% melalui transfusi darah yang tercemar.
Infeksi HIV sebagian besar (lebih
dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (14-49 tahun) terutama
laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat.
Infeksi pada
bayi dan anak, 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. Sekitar 25-35% bayi yang
dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV, melalui infeksi
yang terjadi selama dalam kandungan, selama proses persalinan dan melalui
pemberian ASI. Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester
terakhir, risiko penularan dapat dikurangi menjadi hanya 8%.
Pada awalnya
dimulai dengan penularan pada kelompok homoseksual (gay). Karena diantara
kelompok homoseksual juga ada yang biseksual, maka infeksi melebar ke kelompok
heteroseksual yang sering berganti-ganti pasangan.
Pada tahap kedua, infeksi mulai meluas pada kelompok pelacur dan pelanggannya.
Pada tahap ketiga, berkembang penularan pada istri dari pelanggan pelacur.
Pada tahap keempat, mulai meningkat penularan pada bayi dan anak dari ibu yang mengidap HIV.
Pada tahap kedua, infeksi mulai meluas pada kelompok pelacur dan pelanggannya.
Pada tahap ketiga, berkembang penularan pada istri dari pelanggan pelacur.
Pada tahap keempat, mulai meningkat penularan pada bayi dan anak dari ibu yang mengidap HIV.
1.1 Tujuan
1. tujuan umum
Untuk
mengetahui dan mendapatkan gambaran
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan AQUIRED IMMUNO DEFISIENSI SINDROM (AIDS).
2.
TUJUAN KHUSUS
a) Agar dapat memahami pengertian dari penyakit AIDS.
b) Agar dapat mengetahuI penyebab dari penyakit AIDS.
c) Agar dapat memberikan keperawatan
terhadap pasien dari penyakit AIDS.
d) Agar dapat membuat diagnosa
keperawatan,intervensi,implementasi dan evaluasi dengan pasien AIDS
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian AIDS
HIV adalah virus yang mengakibatkan
AIDS. AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan Tubuh adalah sekumpulan gejala
penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh
virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena
berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang
bersifat oportunistik. Selain itu penderiat aids sering kali menderita
keganasan, khususnya sarkoma kaposi dan limfoma yang hanya menyerang otak.
AIDS diartikan sebagai bentuk paling
erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human
Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling
hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa
tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan
pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang
jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )
2.2 Etiologi Dan Faktor Resiko
HIV, yang dahulu disebut virus
limfotrofik sel-T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV),
adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus
mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA)
setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik,
dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS
mempunyai lima fase:
1) Periode jendela. Lamanya 4 minggu
sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2) Fase infeksi HIV primer akut.
Lamanya 1 sampai 2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3) Infeksi asimtomatik. Lamanya 1
sampai 15 atau lebih tahun dengan gejala gejala tidak ada.
4) Supresi imun sistomatik. Diatas 3
tahun dengan gejala deman, keringat malam hari, berat badan
menurun,diare,lemah,rash,limfadenopati,lesi mulut.
5) AIDS. Lamanya bervarisi antara 1
sampai 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi
oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist.
Faktor resiko :
1. Pria dgn homoseksual
2. Pria dgn biseksual
3. Pengguna IV drug
4. Transfuse darah
5. Pasangan heteroseksual dgn pasien
infeksi HIV
6. Anak yang lahir dgn ibu yang
terinfeksi
2.3 Patofisiologis
Menginfeksi limfosit T4 dan monosit.
Partikel-2 HIV bebas yang dilepas dari sel yang terinfeksi dpt berikatan dgn
sel lain yang tidak terinfeksi.
Segera setalah masuk kedlm sel,
enzim dalam kompleks nukleoprotein menjadi aktif dan dimulailah siklus
reproduksi.
Limfosit T, monosit/makrofag adalah
sel pertama yang terinfeksi.
Besar kemungkinan bahwa sel
dendritik berperan dalam penyebabaran HIV dalam jaringan limfoid.fungsi sel dendritik
menangkap antigen dalam epitel lalu masuk melalui kontak antar sel. Dalam
beberapa hari jumlah virus dalam kelenjer berlimpat ganda dan mengakibatkan
virena. Pada saat itu julah virs dalam darah infeksi akut.
Viremia menyebabkan virus menyebar
diseluruh tubuh dan menginfeksi sel T, monosit maupun makrofag dlm jaringan
limfoid perifer.
Sistem immun spesifik akan berupaya
mengendalikan infeksi yang nampak dari menurunnya kadar
viremia.
Setelah infeksi akut, berlangsung
fase kedua dimana kelenjar getah bening dan limfa merupakan tempat replikasi
virus dan dekstruksi jaringan secara terus menerus ® fase laten.
Destruksi sel T dlm jaringan limfoid
terus berlangsung sehingga jumlah sel T makin lama makin menurun (jml sel T dlm
jaringan limfoid 90 % dari jml sel T diseluruh tubuh)
Selama masa kronik progresif,m
respon imun thdp infeksi lain akan meransang produksi HIV dan mempercepat
dekstruksi sel T, selanjutnya penyakit bertambah progresif dan mencapai fase
letal yang disebut AIDS.
1) Viremis meningkat drastis karena
karena replikasi virus di bagian lain dalam tubuh meningkat ® pasien menderita
infeksi oportunistik, cacheksia, keganasan dan degenerasi susunan saraf pusat.
2) Kehilangan limfosit Th menyebabkan
pasien peka thdp berbagai jenis infeksi dan menunjukkan respon immune yang
inefektif thdp virud onkogenik.
Masa inkubasi
diperkirakan bervariasi → 2 – 5 tahun
1)
Manifestasi klinis AIDS menyebar
luas dan pada dasarnya mengenai setiap sistem organ.
2)
Pneumonia disebabkan o/ protozoa
pneumocystis carini (paling sering ditemukan pd AIDS) sangat jarang
mempengaruhi org sehat. Gejala: sesak nafas, batuk-batuk, nyeri dada, demam –
tdk teratasi dapat gagal nafas (hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan
perubahan status mental).
3)
Gagal nafas dpt terjadi 2 – 3 hari
4)
Tbc
5)
Nafsu makan menurun, mual, muntah.Diare merupakan masalah pd klien
AIDS → 50% – 90%
6)
Kandidiasis oral – infeksi jamur
7)
Bercak putih dalam rongga mulut →
tdk diobati dpt ke esophagus dan lambung.
8)
Wasthing syndrome → penurunan BB/
kaheksia (malnutrisi akibat penyakit kronis, diare, anoreksia, amlabsorbsi
gastrointestinal)
9)
Kanker : klien AIDS insiden lebih
tinggi → mungkin adanya stimulasi HIV thdp sel-2 kanker yang sedang tumbuh atau
berkaitan dng defesiensi kekebalan → mengubah sel yang rentang menjadi
sel maligna.
10) Sarcoma kaposis → kelainan maligna berhubungan dgn HIV
(paling sering ditemukan) → penyakit yang melibatkan endotel pembuluh
darah dan linfe. Secara khas ditemukan sebagai lesi pd kulit sebagian
tungkai terutama pada pria. Ini berjalan lambat dan sudah diobati. Lokasi dan
ukuran lesi dpt menyebabkan statis aliran vena, limfedema serta rasa
nyeri. Lesi ulserasi akan merusak intergritas kulit dan meningkatkan ketidak
nyamanan serta kerentanan thdp infeksi.
11) Diperkirakan 80 % klien AIDS mengalami kalianan neurologis →
gangguan pd saraf pusat, perifer dan otonom. Respon umum pada sistem saraf
pusat mencakup inflamasi, atropi, demielinisasi, degenerasi dan nekrosis.
12) Herpes zoster → pembentukan vesikel yang nyeri pada kulit.
13) Dermatitis seboroik→ruam yang difus, bersisik yang mengenai
kulit kepala dan wajah.
14) Pada wanita: kandidiasis vagina → dapat merupakan tanda
pertama yang menunjukkan HIV pad a wanita.
2.5
Komplikasi
Berikut komplikasi klien dengan AIDS:
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek,
sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1.Kompleks dimensia AIDS karena
serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek
perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
2.Enselophaty akut, karena reaksi
terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /
ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total /
parsial.
3.Infark serebral
kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
4.Neuropati
karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1.Diare karena
bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi.
Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
2.Hepatitis
karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
3.Penyakit
Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal,
gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus,
virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal
nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit
stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
1.
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek
kebutaan
2.
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media,
kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
2.6 Penatalaksanaan Medis
1) Belum ada penyembuhan bagi AIDS,
sehingga pencegahan infeksi HIV perlu dilakukan. Pencegahan berarti tdk kontak
dgn cairan tubuh yang tercemar HIV.
2) Pengobatan pd infeksi umum
3) Penatalaksanaan diare
4) Penatalaksanaan nutrisi yang adekuat
5) Penanganan keganasan
6) Terapi antiretrovirus
7) Terapi alternative : terapi spiritual,
terapi nutrisi, terapi obat tradisional, terapi tenaga fisik dan akupungtur,
yoga, terapi massage, terapi sentuhan.
2.7 Manajemen Diet
a. Menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan
sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu
fungsi imun.
b. Menghindari infeksi lain, karena
infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
BAB lll
ASUHAN
KEPERAWATAN
AIDS
3.1 Pengkajian
- Aktifitas /istirahat :
·
Mudah
lelah, berkurangnya tolerangsi terhdp aktifitas, kelelahan yang progresif
·
Kelemahan
otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhdp aktifitas
2.
Sirkulasi
·
Proses
penyembuhan lika yang lambat, perdarahan lama bila cedera
·
takikardia,
perubahan tekanan darah postural, volume nadi periver menurun, pengisian
kapiler memanjang
3.
Integritas ego
·
Faktor
stress yang berhubungan dgn kehilangan: dukungan keluarga, hubungan dgn org
lain, pengahsilan dan gaya hidup tertentu
·
Menguatirkan
penampilan: alopesia, lesi , cacat, menurunnya berat badan
·
Merasa
tdk berdaya, putus asa, rsa bersalah, kehilangan control diri, dan depresi
·
Mengingkari,
cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis, kontak mata kurang
4.
Eliminasi.
·
Diare,
nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih
·
Faeces
encer disertai mucus atau darah
·
Nyerio
tekan abdominal, lesi pada rectal, perubahan dlm jumlah warna urin.
5. Makanan/cairan
:
·
Tidak
ada nafsu makan, mual, muntah
·
Penurunan
BB yang cepat
·
Bising
usus yang hiperaktif
·
Turgor
kulit jelek, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan warna
mucosa mulut
·
Adanya
gigi yang tanggal. Edema
6.
Hygiene
·
Tidak
dapat menyelesaikan ADL, memepeliahtkan penampilan yang tdk rapi.
7.
Neurosensorik
·
Pusing,sakit
kepala.
·
Perubahan
status mental, kerusakan mental, kerusakan sensasi
·
Kelemahan
otot, tremor, penurunan visus.
·
Bebal,kesemutan
pada ekstrimitas.
·
Gayaberjalan
ataksia.
8. Nyeri/kenyamanan
·
Nyeri
umum/local, sakit, rasaterbakar pada kaki.
·
Sakit
kepala, nyeri dada pleuritis.
·
Pembengkakan
pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan ROM, pincang.
9.
Pernapasan
·
Terjadi
ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/non,
sesak pada dada, takipnou, bunyi napas tambahan, sputum
kuning.
10.
Keamanan
·
Riwayat
jatuh, terbakar, pingsan, lauka lambat proses penyembuhan
·
Demam
berulang
11. Seksualitas
·
Riwayat
perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan kondom yang tdk
konsisten, lesi pd genitalia, keputihan.
12. Interaksi social
·
Isolasi,
kesepian,, perubahan interaksi keluarga, aktifitas yang tdk terorganisir
3.2 Diagnosa
Keperawatan
- Infeksi, risiko tinggi terhadap ( progresi menjadi sepsis / awitan infeksi oportunistik )
- Kekurangan volume cairan, risiko tinggi terhadap dearea berat, berkeringat, muntah, status hipermetabolism, demam.
- Pola napas, tidak efektif/ perubahan pertukaran gas, kerusakan, risiko tinggi terhadap ketidakseimbangan muskuler ( melemahnya otot- otot pernafasan, penurunan energi/ kepenatan, penurunan ekspansi paru ).
- Cedera, risiko tinggi terhadap, perubahan faktor pembekuan
- Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan atau perubahan pada kemampuan untuk mencerna, mengunyah.
- Nyeri, ( akut)/kronis berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan : infeksi, lesi kutaneus internal/ eksternal, ekskoriasi rektal, penularan, dan nekrosis.
- Integritas kulit dapat dihubungkan dengan defisit imunologis, AIDS dihubungkan dengan radang, infeksi virus, bakteri dan jamur.
- Membran mukosa oral dapat dihubungkan dengan defisit imunologis dan timbulnya lesi penyebab patogen.
III.Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan Keperawatan
|
||
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Infeksi, risiko tinggi terhadap (
progresi menjadi sepsis infeksi oportunistik)
|
Mengidentifikasi/ ikut serta dalam
perilaku yang menguragi resiko infeksi.
Mencapai masa penyembuhan luka/
lesi.
|
1.
Cuci
tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan
2. Berikan lingkungan yang bersih dan
berventilasi baik
3. Pantau tanda- tanda vital.
4. Kaji frekuensi pernafasan,
perhatukan batuk spasmodik kering pada inspirasi dalam.
|
1. Mengurangi risiko kontaminasi
silang.
2. Mengurangi patogen pada sistem
imun.
3. Meningkatkan kerjasama dengan cara
hidup dan berusaha mengurangi rasa terisolasi.
4.
Memberikan
informasi data dasar.
|
Pola napas tidak efektif/ perubahan pertukaran gas kerusakan, risiko
tinggi terhadap ketidakseimbangan muskuler( melemahny otot- otot pernapasan.
|
Mempertahan pola pernpasan
efektif. Tidak mengalami sesak napas/ sianosis, dengan bunyi napas dan sinar
x bagian dada yang bersih.
|
1.
Auskultasi
bunyi napas
2. Catat kecepatan/ kedalaman
pernapasan.
3. Tinggikan kepala ditempat tidur,
usahakan pasien untuk berbalik, batuk, menarik napas
|
1. Memperkirakan adanya perkembangan
komplikasi/ infeksi.
2. Takipnea, sianosis, tak dapat
beristirahat, dan peningkatan napas menunjukkan kesulitan pernapasan.
3.
Meningkatkan
fungsi pernapasan yang optimal.
|
Cidera risiko tinggi terhadap
perubahan faktor pembekuan berhubungan dengan penurunan absorbsi vitamin K,
perubahan pada fungsi hepar, munculnya antibodi antiplatelet autoimun
|
Menunjukkan homeostasis yang
ditunjukkan dengan tidak adanya perdarahan mukosa dan bebas dari ekimosis.
|
1.
Lakukan
pemeriksaan darah pada cairan tubuh untuk mengetahui adanya darah pada urine,
feses, dan cairan muntah.
2. Amati/ laporkan apitaksis,
hemoptisis, hematuria, perdarahan vaginal non-menstruasi.
3. Pantau perubahan tanda- tanda vital
dan warna kulit, mis: tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, pucat kulit dan
perubahan warna.
4. Hindari injeksi IM, pengukuran
suhu rektal/ supositoria, selang rektal.
|
1. Mempercepatkan deteksi adanya
perdarahan/ penentual awal dari terapi mungkin dapat mencegah perdarahan
kritis.
2. Perdarahan spontan mengindikasikan
perkembangan KID atau trombositopenia imun.
3. Timbulnya perdarahan atau hemoragi
dapat menunjukkan kegagalan sirkulasi/ syok.
4.
Perubahan
dapat menunjukkan adanya perdarahan otak.
|
Perubahan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh dapat dihubungakan dengan ketidakmampuan atau perubahan pada
kemampuan untuk mencerna, mengunyah dan nutrisi metabolisme mual, refleks
gangguan hiperaktif.
|
Mempertahankan berat badan atau
memperlihatkan peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan yang di
inginkan.
Mendemonstrasikan
keseimbangannitrogen positif.
|
1.
Kaji
kemampuan untuk mengunyah, merasakan, dan menelan.
2.
Auskultasi
bising usus.
3.
Timbang
berat badan sesuai kebutuhan.
4. Hilangkan rangsang lingkungan yang
berbahaya atau kondisi yang memperburuk refleksi gangguan.
|
1. Lesi mulut, tenggorok dan esofagus
dapat menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah
makanan.
2. Hipermotilitas saluran intestinal
umum terjadi dan dihubungkan dengan muntah dan diare yang dapat mempengaruhi
pilihan diet atau cara makan.
3. Indikator kebutuhan nutrisi yang
adekuat.
4.
Mengurangi
stimulus pusat muntah di medula.
|
Nyeri, (akut) atau kronis dapat
dihubungkan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan infeksi, lesi kutaneus
internal atau eksternal.
|
Keluhan hilangnya atau
terkontrolnya rasa sakit
Menunjukkan posisi atau ekspresi
wajah rileks
Dapat beristirahat adekuat.
|
1.
Kaji
keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, frekuensi, dan waktu.
2. Dorong pengungkapan perasaan.
3. Berikan aktivitas hiburan
4. Lakukan tindakan paliatif.
5. Berikan kompres hangat / lembab
pada sisi injeksi pentamidin/IV selama 20 menit setelah pemberian.
|
1. Mengindikasikan kebutuhan untuk
intervensi.
2. Dapat mengurangi ansietas dan rasa
takut.
3. Memfokukan kembali perhatian.
4. Meningkatkan relaksasi atau
menurunkan tegangan otot.
5.
Injeksi
ini diketahui sebagai penyebab rasa sakit.
|
Integritas kulit, kerusakan aktual
risiko tinggi terhadap defisit imunologis, AIDS dihubungkan dengan radang,
infeksi virus, bakteri, dan jamur.
|
Menunjukkan tingkah laku/ teknik
untuk mencegah kerusakan kulit dan meningkatkan kesembuhan.
|
1.
Kaji
kulit setiap hari, catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi.
2. Pertahankan dalam higiene kulit.
3. Secara teratur ubah posisi, ganti
seprai sesuai kebutuhan.
4. Pertahankan seprai bersih, kering
dan tidak berkerut.
|
1. Menentukan garis dasar dimana perubahan
pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.
2. Mempertahankan kebersihan karena
kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi.
3. Mengurangi stres pada titik
tekanan, meningkatkan aliran darah ke jaringan.
4. Friksi kulit disebabkan oleh kain
yang berkerut dan basah yang menyebabkan iritasi dan potensial terhadap
infeksi.
5.
Menurunkan
tekanan pada kulit dri istirahat lama di tempat tidur.
|
Membran mukosa oral, perubahan
berhubungan dengan defisit imunologis dan timbulnya lesi penyebab patogen.
|
Menunjukkan membran mukosa utuh,
berwarna merah jambu, basah, dan bebas dari inflamasi.
|
1.
Kaji
membran mukosa / catat seluruh lesi oral.
2. Berikan perawatan oral setiap hari
dan setelah makan.
3. Cuci lesi mukosa oral dengan
menggunakan hidrogen peroksida/salin atau larutan soda kue.
4. Anjurkan permen karet atau permen
yang tidak mengandung gula.
5.
Rencanakan
diet untuk menghindari garam, pedas, gesekan, dan makanan/ minuman yang asam.
|
1.
Edema,
lesi, membran mukosa oral dan tenggorok kering menyebabkan rasa sakit dan
sulit mengunyah.
2. Mengurangi rasa tidak nyaman.
3. Mengurangi penyebaran lesi dan
krustasi.
4. Merangsang saliva untuk
menetralkan asam dan melindungi membran mukosa.
5.
Makanan
yang pedas akan membuka lesi yang
telah disembuhkan.
|
BAB
IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam bab “ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY
SYNDROME” maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1.
HIV adalah virus yang mengakibatkan AIDS. AIDS atau Sindrom
Kehilangan Kekebalan Tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang
tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV.
2. AIDS. Lamanya bervarisi antara 1
sampai 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi
oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist.
3. Faktor
risiko meliputi, Pria dgn homoseksual, pria dengan
biseksual, pengguna IV drug, tranfusi darah, pasangan heteroseksual dengan
pasangan infeksi HIV, anak yang lahir dengan ibu terinfeksi.
4.2.
Saran
Bagi yang sudah terkena tanda dan gejala diatas
segeralah diperiksakan pada dokter atau tempat pelayanan terdekat supaya segera
dapat diatasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Bruner, Suddarth. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC. 2002
Doenges, M. E. Marilyn Frances
Moorhouse & Alice C. Geissler. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan.
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Sarwono, Sarlito Wirawan. ?Aspek
Psikososial AIDS? diambil pada 10 Maret 2008 dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12_AspekPsikososialAids.pdf/12_AspekPsikososialAids.html
Sudoyo, Aru W.(2006) Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Susiloningsih, Agus. ?AIDS: Aspek
Klinis, Permasalahan dan Harapan? diambil pada 20 Februari 2008 dari http://fkuii.org/tiki-index.php?page=halaman2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar